Berita

Pentas Seni Semarak Hardiknas 2018: Generasi Muda Milenial Memajukan Kebudayaan

Pegelaran hari ke-3 Semarak Hardiknas Bali tahun 2018 pada hari Senin, 23 April 2018 diawali dengan kegiatan demo mewarnai dari anak-anak Paud Harapan Bangsa Denpasar. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang anak dengan penanggungjawab BP Paud & Dikmas Bali. Di waktu yang bersamaan, di dalam gedung Sarwa Guna I berlangsung pentas seni dari anak-anak SMAN 2 Mengwi. Mereka menampilkan Tari Sekar Jepun , Kolaborasi Musik Dwisma (meraih mimpi), dan diakhiri dengan Tari Joged.

Tari Sekar Jepun ang terinspirasi dari filosofi bunga jepun yang merupakan salah satu jenis bunga yang setiap saat digunakan sebagai sarana persembahyangan bagi umat Hindu. Selain memiliki aroma harum, bunga jepun juga memiliki warna yang beragam, mulai dari putih, merah, ungu, dan kuning. Pertumbuhan bunga ini tak mengenal waktu dan akan terus berkembang sepanjang waktu. Bau yang harum dan warnanya beragam menarik para wisatawan untuk menyelipkannya bunga ini di telinga mereka. Saat pohon ini berbunga, akan tampak keindahan dan keasrian alam ini. Tak salah bahwa Sekar Jepun ini dijadikan maskot Kabupaten Badung. Tarian ini diciptakan oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati, S.ST.

Sementara itu Tari Joged Bumbung yang ditampilkan merupakan tari pergaulan di Bali. Biasanya dipentaskan dalam acara sosial kemasyarakatan di Bali. Tarian ini ditarikan oleh penari wanita, yang kemudian mencari pasangan seorang pria diantara para penonton untuk diajak menari bersama. Tarian ini awalnya merupakan tari pergaulan yang diciptakan para petani kala itu untuk menghibur pada saat sedang istirahat setelah bekerja di lumbung. Tarian inipun banyak diminati oleh masyarakat dan menjadi sebuah kelompok seni. Anak-anak SMAN 2 Mengwi mencoba untuk mengembalikan pakem tarian ini menjadi tari pergaulan yang sesuai dengan etika. Karena sebagaimana diketahui beberapa waktu belakangan ini ada pihak-pihak yang mementaskan tarian ini tidak sesuai dengan pakem dan bahkan ada yang menjurus ke arah pornoaksi.

Acara pentas seni selanjutnya ditampilkan oleh anak-anak SMAN 1 Ubud yang berkolaborasi dengan para guru. Pementasan pertama menampilkan geguritan yang dibawakan oleh lima pasang pengwacen (penyanyi) dan pengartos (penterjemah). Secara bergiliran, pasangan ini mengalunkan tembang-tembang dalam bahasa sansekerta yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali yang berisi petuah-petuah kebaikan. Geguritan ini diiringi dengan alunan musik geguntangan yang berpadu harmonis dengan geguritan yang dinyanyikan. Setelah geguritan ini usai, kini giliran anak-anak yang mementaskan tarian Kyoi dan tari Nusantara. Penampilan mereka sangat luar biasa dan membuat para penonton berteriak gemuruh dan bergerak mengikuti musik yang mengiringinya.

Acara semakin meriah dengan hadirnya artis cantik Marcella Zalianty yang menjadi narasumber dalam dalam dialog publik “film sebagai media penguatan karakter”. Marcella menceritakan bagaimana arah perfilman di Indonesia saat ini yang berorientasi menggalakkan film edukasi sehingga anak-anak dapat menjadikannya sebagai media belajar yang baru dan menarik. Dialog dilakukan dengan anak- yang hadir pada saat itu, diantaranya dari SMAN 2 Mengwi, SMA PGRI 5 Denpasar, dan SMA Pariwisata Klungkung. Acara diakhiri dengan pemutaran film pendidikan dengan judul “BATAS” yang juga dibintangi oleh artis cantik tersebut.

Selengkapnya

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button